Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil
alamin, washolatu wasalamu ala asyrafil anbiya’ wal mursalin, wa’ala alihi
washohbihi ajma’in. Amma ba’du
Yang terhormat ......
Pertama-tama marilah kita panjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, hidayah
dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga kita bisa bertemu dengan bulan yang
penuh berkah, rahmat dan maghfirah, yaitu bulan Ramadhan. Shalawat serta salam
semoga tetap terlimpahkan atas junjungan kitanabi besar Muhammad Saw., pada
keluarga dan para sahabat beliau serta semua pengikut ajaran ajaran beliau.
Karena lantaran beliaulah sehingga kita mendapat petunjuk melalui ajaran ajaran
islam, dan dengan demikian kita bisa membedakan mana perkara yang haq dan mana
perkara yang bathil.
hadirin yang saya hormati
Pada
bulan Rajab kita senantiasa mengingat kembali peristiwa yang sangat besar,
dimana dalam peristiwa isra’ mi’raj itulah Rasululloh Saw menerima perintah
sholat lima waktu yang asal mulanya lima puluh waktu dalam sehari semalam.
Adapun yang dimaksud dengan isra’
dalam arti bahasa adalah perjalanan dimalam hari. Namun yang dimaksud dalam
agama islam adalah perjalanan Rasulullah saw. dimalam hari dari Masjidil Haram
menuju Masjidil Aqsha yang penuh berkah disekelilingnya. Hal tersebut sudah
difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’anul Karrim surat Al Isra’ ayat satu
yang berbunyi :
Artinya : “Maha Suci Allah,
yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke
Al Masjidil Aqsha yang Telah kami berkahi sekelilingnya[847] agar kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya
dia adalah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Maksudnya: Al
Masjidil Aqsha dan daerah-daerah sekitarnya dapat berkat dari Allah dengan
diturunkan nabi-nabi di negeri itu dan kesuburan tanahnya.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Setelah
kita perhatikan sejenak, tentang ayat Al-Qur’an tersebut, maka kita bisa ambil
kesimpulan, bahwa apa yang difirmankan oleh Allah tersebut telah terbukti
seperti kita saksikan pada zaman sekarang ini, yakni disekeliling Masjidil
Haram benar-benar diberkati dengan rizki yang melimpah serta kewibawaan yang
luar biasa sehingga setiap tahun berduyun-duyun orang mengunjungi untuk menunaikan
ibadah haji sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini.
Adapun
yang dimaksud dengan mi’raj menurut arti bahasa adalah naik keatas dengan
menggunakan tangga, namun yang dimaksud menurut syari’at agama islam adalah
Allah menaikan Rasulullah saw. dari Masjidil Aqsha sampai Sidratil Muntaha,
yaitu suatu tempat yang paling tinggi yang tak akan mampu manusia manapun,
sekalipun menggunakan alat-alat canggih dalam kemajuan teknologi yang serba
canggih ini, selain Rasulullah saw. yang telah dikehendaki oleh Allah SWT.
Disanalah beliau menerima perintah shalat lima waktu yang semula lima puluh
waktu dalam sehari semalam, namun dengan kemurahan Allah dimohon keringanannya
hingga tinggal lima waktu, yang tidak mengurangi pahalanya lima puluh kali
tersebut, yang wajib dikerjakan oleh beliau beserta segenap umat beliau.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Tepat
peristiwa Isra’ dan Mi’raj nabi besar Muhammad saw. terjadi dengan kehendak
Allah swt. pada malam dua puluh tujuh Rajab tahun 11 Hijriyah (setelah beliau
diangkat menjadi Rasul (utusan Allah).
Adapun
hikmah dari peristiwa tersebut adalah menanamkan kekuatan batin beliau
Rasulullah saw. atas cobaan atau musibah yang menimpa pada beliau sepeninggalan
paman, kakek serta istri beliau yang tercinta yang semasa hidup mereka sebagai
benteng terhadap serangan musuh-musuh beliau yang berusaha menghentikan
perjuangan beliau.
Selain
menanamkan kekuatan batin terhadap beliau, juga memberikan ujian terhadap
segenap umat islam baik dizaman Rasulullah maupun dizaman sekarang. Dengan
peristiwa Isra’ Mi’raj tersebut akan nampak bagi siapa yang beriman secara
murni, maka akan lebih tebal imannya dengan peristiwa tersebut, karena
peristiwa yang sehebat bagaimanapun tidak aka nada kesulitan apabila
dikehendaki Allah SWT. Dan bagi orang yang imannya tipis akan berubah menjadi
murtad, karena tidak percaya dengan peristiwa isra’ mi’raj tersebut apabila
dipikir dengan akal.
Dengan demikian marilah
kita pandai-pandai mengambil I’tibar (contoh) yang baik, yaitu mempertebal
keimanan kita dengan mengembalikan semua kejadian yang sehebat manpun akan
mudah terjadi dengan kehendak serta kekuasaan Allah SWT. Adapun sebagai
perwujudan bahwa shalat itu merupakan kewajiban pokok bagi umat islam selaku
umat Muhammad, maka bisa kita perhatikan lewat sabda beliau yang artinya :
“Shalat itu merupakan tiang agama (islam),
maka barang siapa yang (telah) mendirikan shalat, maka dia (termasuk orang)
yang telah mendirikan (membangun) agama, dan barang siapa yang meninggalkan
shalat, maka dia (termasuk orang) yang sungguh-sungguh merobohkan agama
(islam)”.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Setelah
kita perhatikan isi hadits tersebut, maka kita bisa menyimpulkan bahwa siapapun
orangnya tidak boleh seenaknya meninggalkan kewajiban shalat, karena akibatnya
merugikan diri kita sendiri, yakni akan menjadi orang yang menyesal
selama-lamanya diakhirat kelak jika tidak secepatnya bertaubat (kembali) kepada
Allah. Karena dianggap sebagai orang yang telah merobohkan agama Allah (agama
islam). Untuk itu marilah kita berusaha sebaik mungkin dalam menunaikan
kewajiban shalat sehari-hari dengan tulus ikhlas hanya mengharap keridhoan
Allah semata.
Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga
bermanfaat dan apabila ada kata-kata yang kurang berkenan, saya mohon maaf.
Wabillahi taufik wal hidayah Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Ceramah Isra' Mi'raj Nabi Muhammad Saw.
dengan judul Pidato Peringatan Isra' Mi'raj. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL https://cintailmuseni.blogspot.com/2013/06/pidato-peringatan-isra-miraj.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown - Minggu, 02 Juni 2013
Belum ada komentar untuk "Pidato Peringatan Isra' Mi'raj"